Dr.Iswadi Dukung Penuh Presiden Prabowo untuk Berantas Mafia Migas

LCKINEWS.COM|Jakarta-Dr. Iswadi, seorang akademisi yang dikenal kritis dan penuh integritas, secara tegas menyatakan dukungannya terhadap Presiden Prabowo Subianto dalam langkah untuk memberantas mafia minyak dan gas (migas). Bagi Dr. Iswadi, dukungan ini bukanlah sekadar afiliasi politik, melainkan sebuah panggilan moral dan patriotik upaya untuk menyelamatkan masa depan bangsa dari penjajahan korupsi yang menggerogoti sendi sendi pemerintahan dan kestabilan energi nasional.

 

Dukungan Dr. Iswadi muncul bukan tanpa pertimbangan. Ia menyadari bahwa mafia migas selama ini telah beroperasi dengan cara cara yang sistemik dan terstruktur, merugikan negara dalam skala yang sangat besar. Praktik manipulasi impor, markup yang tidak wajar, kolusi antara oknum pengusaha dan pejabat negara, serta penyalahgunaan wewenang di lingkup BUMN migas, menjadi jaringan kejahatan yang sulit diungkap tanpa keberanian eksekutif negara. Di hadapan fakta ini, Dr. Iswadi melihat bahwa hanya seorang pemimpin dengan kemauan keras dan dukungan institusional yang memadai yang mampu menghadapi tantangan tersebut.

 

Menurut Dr. Iswadi, Presiden Prabowo selama masa jabatannya sudah memperlihatkan sinyal kuat bahwa komitmen terhadap pemberantasan korupsi termasuk di sektor strategis seperti migas adalah prioritas. Langkah langkah penguatan lembaga penegak hukum, digitalisasi sistem pengelolaan anggaran negara, reformasi birokrasi, dan transparansi dalam pengadaan serta audit internal, menurut Dr. Iswadi, adalah fondasi yang harus terus diperkuat agar pemberantasan mafia migas tidak sekadar menjadi slogan, melainkan kenyataan. Pernyataan ini sejalan dengan sikap Dr. Iswadi bahwa keberhasilan pemerintah dalam melawan korupsi akan memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi publik dan mengikis budaya impunitas.

 

Dalam pandangannya, dukungan publik intelektual seperti dirinya mempunyai peran ganda. Di satu sisi, ia ingin mempertegas bahwa usaha pemberantasan korupsi bukan monopoli eksekutif dan aparat di sisi lain, ia ingin mengingatkan bahwa kritik konstruktif tetap penting agar penguasa tidak salah langkah. Oleh karena itu, dukungan Dr. Iswadi terhadap Presiden Prabowo disertai catatan bahwa pengawasan dari masyarakat sipil, media, lembaga pendidikan, hingga komunitas professional harus berjalan bersama. Tanpa kontrol bersama, kekuasaan tunggal tanpa akuntabilitas sangat rentan disalahgunakan.

 

Dr. Iswadi juga tak lepas dari aspek pendidikan karakter antikorupsi. Menurutnya, kampus, sekolah, dan lembaga pendidikan tinggi tidak boleh hanya mencetak lulusan teknokrat, tetapi juga mereproduksi manusia bermoral yang memiliki kesadaran publik tinggi. Jika budaya antikorupsi tak ditanam sejak usia muda, maka upaya pemberantasan mafia migas dan korupsi struktural akan berhadapan dengan hambatan besar dalam jangka panjang. Maka dari itu, Dr. Iswadi menyerukan agar kurikulum pendidikan nasional memasukkan nilai nilai integritas, etika publik, serta literasi antikorupsi.

 

Lebih jauh lagi, Dr. Iswadi mewaspadai kemungkinan bahwa mafia migas tidak akan menyerah begitu saja. Dalam narasi publiknya, ia menyoroti risiko bahwa kelompok yang telah mendapat keuntungan dari praktik-praktik gelap akan melakukan perlawanan, baik lewat tekanan politik, manipulasi media, hingga serangan balik terhadap upaya reformasi. Ia pun menegaskan bahwa Presiden Prabowo harus didukung secara menyeluruh—dari kabinet, legislatif, lembaga penegak hukum, hingga partisipasi aktif rakyat agar agenda bersih-bersih tidak tereduksi oleh kepentingan kekuasaan. Dalam konteks ini, dukungan moral dan intelektual seperti yang diberikan Dr. Iswadi menjadi semacam jangkar moral terhadap upaya-upaya pemberantasan tersebut.

 

Di tingkat retorika publik, Dr. Iswadi kerap menggunakan analogi bahwa mafia migas adalah virus laten yang merusak tubuh negara dari dalam meski sulit dideteksi, efeknya menyebar ke seluruh sistem anggaran negara bocor, subsidi boros, harga energi terdistorsi, dan ketimpangan sosial semakin melebar. Oleh karena itu, menurutnya, Presiden Prabowo harus bertindak sebagai “dokter negara” yang melakukan pembedahan besar terhadap jaringan korupsi migas, memotong akar yang sudah membusuk selama puluhan tahun. Keberanian yang dibutuhkan bukan hanya dalam bentuk keputusan politis, melainkan juga dalam mempertaruhkan resiko terhadap tekanan kekuatan lama.

 

Tak kalah penting, Dr. Iswadi dalam narasinya juga menyentuh aspek keadilan sosial. Mafia migas, baginya, bukan hanya soal uang negara yang hilang, melainkan soal kemiskinan yang makin sulit diatasi akibat harga energi yang tak wajar dan subsidi yang membebani anggaran. Ia menyebut bahwa rakyat bawahlah yang paling merasakan dampaknya: mereka membayar lebih mahal, subsidi tidak tepat sasaran, dan kualitas pelayanan energi menjadi buruk. Maka, membasmi mafia migas adalah sekaligus memperjuangkan hak-hak rakyat keringat mereka tidak boleh dirampas demi rente elit.

 

Dr. Iswadi menyerukan satu kesatuan sikap: bahwa dukungan terhadap Presiden Prabowo dalam agenda pemberantasan mafia migas adalah bentuk cinta tanah air, bukan obsesi politik. Ia mengajak semua pihak akademisi, media, lembaga masyarakat, pelajar, dan warga sipil untuk menjadi pengawal agenda bersih dan berani mengkritik ketika kekuasaan menyimpang. Baginya, jika agenda besar ini berhasil, Indonesia akan memasuki era baru: era di mana energi nasional dikelola untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk memperkaya oligarki tak terlihat.

Tim Redaksi